Radiasi HP Tidak Membahayakan

PENJUAL handphone sering kali menawarkan paket dengan menyertakan alat kecil yang disebutnya sebagai "antiradiasi". Dengan "kepintarannya", seolah dia tahu benar bagaimana pengguna HP bisa terkena radiasi. Tidak heran bila dengan "kepintaran" penjual dan ketidaktahuan pembeli dan pemakai HP, mendorong terjadinya transaksi terhadap sebuah alat kecil yang disebut "antiradiasi". Meski demikian, hingga saat ini masih jarang konsumen mempersoalkan lebih jauh akan keefektifan dari alat tersebut. Tidak heran bila perangkat kecil berwarna-warni itu sering kali terlihat menempel dan menghiasi HP.

Banyak faktor yang menjadi penyebab apatis dan kurang kritisnya para pengguna HP terhadap alat "antiradiasi" yang sebenarnya relatif cukup menjamur dan cukup lama diperdagangkan. Pernahkah kita bertanya sekaligus mencari jawaban, "Benarkan menggunakan HP terlalu lama bisa terkena radiasi?" Atau "Benarkah 'antiradiasi' itu bekerja efektif untuk meredam radiasi yang dipancarkan HP?

Sebenarnya banyak lagi pertanyaan lainnya yang bakal muncul. Namun, apatis, ketidaktahuan, dan ketidakingintahuan mayoritas pengguna HP terhadap radiasi itu sendiri menyebabkan kondisi yang terjadi seperti yang diutarakan tadi. Penyebab lain tentu saja masalah kurang pedulinya pihak yang berwenang dan yang berkompeten terhadap bahaya radiasi melakukan hal serupa.

Lalu sudah adakah jawaban terhadap masalah sinyalemen radiasi HP? Secara resmi memang belum ada jawaban. Namun, setidaknya kabar gembira datang dari Kampus Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta. Disebut kabar gembira karena masyarakat kita sudah keranjingan dalam menggunakan HP, sementara masalah radiasi yang diisukan berbahaya belum ada jawaban. Sebuah hasil penelitian yang dilakukan seorang doktor pada kesimpulannya menyebutkan bahwa radiasi pancaran HP yang digunakan sama sekali tidak berbahaya. Adalah Ir. Sunarno, M.Eng., Ph.D., Ketua Program Magister Rekayasa Keselamatan Industri Fakultas Teknik UGM yang baru saja melakukan serangkaian penelitian terhadap dampak radiasi yang dipancarkan HP tersebut.

Menurut Ir. Sunarno yang berbicara dalam perjalanan Cilacap - Pangandaran pada acara Press Gathering Telkomsel 2003, radiasi yang dipancarkan HP frekuensinya masih berada dibawah "cahaya tampak", sehingga masih sangat aman. Yang dimaksud "cahaya tampak" adalah cahaya yang biasa kita lihat seperti cahaya matahari dan lampu. Bila saja radiasi yang ditimbulkan frekuensinya di atas "cahaya tampak", katanya, barulah berbahaya karena menyebabkan terjadinya ionisasi dalam tubuh.

Beberapa contoh radiasi yang frekuensinya diatas 'cahaya tampak' antara lain sinar X, rontgen, dan ultraviolet. "Melihat kenyataan itu, artinya orang yang sering menghitung uang saja dengan menggunakan alat yang memancarkan sinar ultra violet jauh lebih bahaya dari pengguna HP karena berpeluang terkena proses ionisasi dalam tubuhnya," tuturnya.

Proses ionisasi ke dalam tubuh itulah yang berbahaya karena bisa menibulkan berbagai penyakit yang didahului perubahan sel menjadi mati, perubahan sifat sel dan bahkan kanker.

Disebutkan, dari banyak penelitian tidak ditemukan adanya akibat munculnya kanker maupun perubahan DNA akibat dari gelombang radio, termasuk HP. "Hampir 1.400 paper pertahunnya membuktikan tidak adanya bahaya akibat radiasi dari gelombang radio, termasuk HP tentunya," tuturnya.

Menurut Dr. Sunarno, frekuesi yang digunakan HP berkisar antara 1 hingga 2 GHz pada range frekuensi yang sama dengan stasiun TV dan komunikasi microwave lainnya. Dalam penelitian radiasi HP yang didukung sepenuhnya operator selular terbesar PT Telkomsel, Sunarno melakukan penelitian di Kota Solo selama 5 minggu dengan menggunakan tiga buah alat. Dua buah alat pendeteksi ionisasi (satu diantaranya single surface detector dari Jepang) dan Radio Frekuensi Detektor.

Ketika ditanya tentang penjualan alat yang disebut "antiradiasi" oleh penjual HP dan aksesori, Sunarno menjelaskan bahwa masyarakat kita terlalu alergi terhadap kata radiasi sehinga langsung percaya. "Orang kita sering mencari kesalahan tanpa mengetahui penyebabnya," tuturnya sambil menyebutkan meski didanai Telkomsel namun hasilnya tetap netral dan bisa dipertanggungjawabkan serta bisa bermanfaat bagi pengguna telefon selular.

Menyinggung "larangan" menggunakan HP di sekitar stasiun pengisi bahan bakar (semacam SPBU), menurut Sunarno tidak ada kaitan sama sekali, terutama dikaitkan dengan "percikan" dan menyambar bahan bakar yang dikhawatirkan sejumlah kalangan. "Ya kalo frekuensinya, mungkin bisa mengganggu sistem elektronik penghitungan sehingga mengganggu kalkulasi," tutur sambil berharap hasil penelitiannya ini bisa bermanfaat bagi masyarakat umum, khususnya pengguna telepon selular. Lalu bagaimana dengan penjual dan produsen alat yang disebut "antiradiasi"? Semuanya diserahkan pada pengguna HP itu sendiri, tetapi dengan adanya hasil penelitian semacam ini, konsumen tidak lagi "dikerjain" karena ketitaktahuannya akan radiasi dan semoga tidak lagi alergi terhadap kata radiasi.

0 komentar: